Fakta mengenai Industri dan bisnis Rokok di Indonesia

No Smoking

Jumat, 18 November 2011

TTM, Model Perubahan Perilaku yang Komperhensif


Sambil menunggu penerbangan dengan penuh bosan, manfaatkan waktu untuk hal yang baik (mmmm...good) dari pada sekedar cucimata liatin xxx.... (hehehe...). Masih seputar penanggulangan rokok, kali ini berbagi mengenai teori perubahan perilaku yang sering dimanfaatkan dalam kampanye anti rokok, wabil khusus dukungan berhenti merokok secara personal, seperti konseling motivasi. Untuk intervensi personal atau level ekologi individu, banyak sekali teori ataupun model perubahan perilaku yang dapat dimanfaatkan, tentunya memperhatikan aspek atau faktor perilaku yang akan diintervensi. Menurut Glanz, et al (2008) ada tiga pendekatan (teori, model) yang paling sering dimanfaatkan dalam intervensi personal dalam promosi kesehatan, yaitu Teori Planned Behavior (TPB), Health Believe Model (HBM), dan Transtheoritical Model (TTM). Masing-masing pendekatan tersebut memiliki ciri dan latar belakang yang berbeda. Akan tetapi dari ketiga pendekatan tersebut, TTM merupakan pendekatan perubahan perilaku yang dimanfaatkan secara luas dalam kegiatan promosi kesehatan anti rokok.

Kali ini hanya membahas TTM dari awal hingga akhir. Model transtheoritical merupakan model biopsikososial yang integratif, mengenai perubahan perilaku yang disengaja. Tidak seperti model ataupun teori perilaku lainnya yang eksklusif hanya terfokus pada dimensi tertentu, seperti pengaruh sosial atau biologi. Model ini juga berupaya menyatukan dan mengintegrasikan konstruksi kunci dari beberapa teori menjadi suatu model perubahan perilaku yang komperhensif agar dapat digunakan dalam beragam perilaku, populasi dan keadaan (pengobatan, upaya pencegahan, atau upaya pembuat kebijakan). Terdapat 4 teori dalam model ini. Teori pertama adalah tahap perubahan, teori kedua adalah keseimbangan keputusan (decisional balance) dan teori ketiga adalah efikasi diri (self-efficacy), dan teori keempat adalah proses perubahan (process of change). (Glanz, et al., 2008).
DiClemente, et al. (1994) menjelaskan bahwa intensi atau tahap perubahan perilaku terdiri atas pre-contemplation, contemplation, preparation, action dan maintenance. Pada tahap pre-contemplation, individu tidak berpikir atau berniat untuk mengubah perilaku bermasalah (atau memulai perilaku sehat) dalam waktu dekat (biasanya dihitung sebagai enam bulan berikutnya). Individu pada tahap ini biasanya tidak memiliki atau memahami fakta-fakta tentang risiko yang terkait dengan perilaku tidak sehat mereka. Selain itu, individu yang gagal membuat upaya perubahan, kemudian menjadi kecewa dapat mundur kembali ke tahap ini. Tahap pre-contemplation merupakan kontribusi yang signifikan dari TTM, sebagai individu dalam tahap ini meliputi sebagian besar individu yang terlibat dalam perilaku berisiko atau tidak sehat. Dibandingkan dengan banyak teori tradisional, berorientasi pada aksi perubahan perilaku, yang melihat individu-individu dalam tahap ini resisten dan tidak termotivasi, yang oleh TTM dapat berguna dalam memandu program pengobatan dan pencegahan dengan memenuhi kebutuhan orang-orang ini, daripada mengabaikan mereka. 
Kemudian, tahap contemplation. Seorang individu memasuki tahap ini ketika dia menjadi sadar dan berkeinginan untuk mengubah perilaku bermasalahnya (biasanya didefinisikan dalam enam bulan berikutnya). Pada tahap ini, individu mempertimbangkan pro dan kontra dari perubahan perilakunya. Pro dan kontra yang dimaksud sama dengan persepsi terhadap keuntungan dan kerugian atau rintangan dari perubahan perilaku. Individu pada tahap ini merupakan proporsi yang besar yang terlibat dalam perilaku tidak sehat, sebagai ambivalensi antara yang pro dan kontra dari perubahan membuat banyak orang tidak bergerak dari tahap ini. Menyelesaikan ambivalensi ini adalah salah satu cara untuk membantu kemajuan para contemplators menuju pengambilan tindakan untuk mengubah perilaku mereka.
Kemudian, selanjutnya adalah tahap preparation (persiapan). Pada saat individu memasuki tahap persiapan, persepsi terhadap keuntungan (pro) mendukung untuk mencoba mengubah perilaku bermasalah lebih besar daripada persepsi terhadap rintangan (kontra). Tindakan ini biasanya diukur dalam 30 hari berikutnya. Banyak orang pada tahap ini telah membuat upaya untuk mengubah perilaku mereka dalam 1 tahun terakhir, tetapi telah gagal dalam mempertahankan perubahan tersebut. Pelaku sering memiliki rencana tindakan, tetapi mungkin tidak sepenuhnya melakukan rencana mereka. Banyak teori perilaku tradisional berorientasi aksi perubahan dalam tahap ini.

Model Trantheoritical dalam Dukungan Berhenti Merokok (Girma, et al., 2010)

Tahap keempat adalah action (aksi, tindakan). Tahap aksi menandai awal dari perubahan yang aktual dalam kriteria perilaku. Biasanya perubahan terjadi dalam 6 bulan terakhir. Pada titik ini, merupakan tahap awal pada banyak teori perubahan perilaku lainya. Namun, dengan model transtheoretical, seorang individu menjalani setengah proses perubahan perilaku. Ini juga merupakan titik relapse (kambuhnya perilaku tidak sehat) dan kemudian kemunduran ke tahap awal, kemungkinan besar dapat terjadi. Jika seseorang tidak cukup siap untuk perubahan dan berkomitmen untuk merencanakan tindakan pilihan mereka, kambuh kembali ke perilaku bermasalah sangat mungkin terjadi. 
Tahap terakhir dalam tahap perubahan adalah tahap maintenace (pemeliharaan perilaku sehat). Individu dianggap dalam tahap pemeliharaan ketika mereka telah berhasil mencapai dan mempertahankan perubahan perilaku selama paling sedikit 6 bulan. Risiko kambuh masih ada dalam tahap ini, tetapi tidak terlalu besar, dan sebagai individu pada tahap ini hanya perlu mengerahkan sedikit usaha dalam proses perubahan. 
Selain tahap perubahan, model transtheoritical memiliki variabel decisional balance (keseimbangan keputusan). Pengambilan keputusan dikonseptualisasikan sebagai "neraca" untuk keputusan dengan mengkomparasi antara keuntungan dan kerugian perubahan perilaku. Dua komponen keseimbangan putusan, pro dan kontra, telah menjadi konstruksi kritis dalam model transtheoretical. Individu mengalami perubahan dengan cara yang kritis berdasarkan tahap perubahan (stage of change) dan keseimbangan putusan. Ketika seorang individu dalam tahap pre-contemplation, demi menjaga perilaku yang ada, pro yang mendukung perubahan perilaku sebanding dengan kontra relatif untuk perubahan. Pada tahap pre-contemplation, pro dan kontra cenderung untuk membawa bobot yang sama, sehingga meninggalkan ambivalen individu terhadap perubahan. Jika terjadi ketidakseimbangan keputusan, seperti pro mendukung perubahan lebih besar dari kontra untuk menjaga perilaku tidak sehat, banyak orang pindah ke tahap persiapan atau bahkan tahap aksi. Untuk individu yang memasuki tahap pemeliharaan, pro mempertahankan perubahan perilaku harus lebih besar daripada yang kontra mempertahankan perubahan dalam rangka mengurangi risiko kambuh.
Kemudian variabel lainnya adalah self-efficacy. Model transtheoretical mengintegrasikan unsur-unsur teori self-efficacy Bandura (Bandura, 1977, 1982). Variabel ini mencerminkan tingkat kepercayaan individu memiliki perubahan yang diinginkan dalam menjaga perilaku mereka dalam situasi yang sering memicu kambuh. Hal ini juga diukur dengan kemungkinan individu merasa tergoda untuk kembali ke perilaku bermasalah mereka dalam situasi berisiko tinggi. Pada tahap pre-contemplation dan contemplation, godaan individu untuk terlibat dalam perilaku bermasalah jauh lebih besar. Untuk individu pada tahap persiapan aksi, ada perbedaan antara self-efficacy dan godaan individu, dan perubahan perilaku tercapai. Kambuh sering terjadi dalam situasi ketika godaan mengalahkan perasaan, dan self-efficacy untuk menjaga perubahan perilaku yang diinginkan.
Variabel keempat adalah proses perubahan (process of change). Sementara tahapan perubahan berguna dalam menjelaskan kapan terjadinya perubahan dalam kognitif, emosi, dan perilaku, sementara proses perubahan membantu menjelaskan bagaimana terjadinya perubahan tersebut. Sepuluh proses ini perlu diterapkan untuk berhasil maju melalui tahap-tahap perubahan dan mencapai perubahan perilaku yang diinginkan. Sepuluh proses ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok: proses pengalaman kognitif dan afektif, yang terdiri atas consciousness raising (meningkatkan kesadaran), dramatic relief (membangun emosional), environmental reevaluation (penilaian kembali lingkungan), self-reevaluation (penilaian kembali diri pribadi) dan self-liberation; dan proses perilaku yang terdiri atas reinforcement management, helping relationships, counterconditioning stimulus control, dan social liberation.
Khusus untuk perilaku merokok, pengaruh ketiga variabel di atas juga diganggu oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud adalah variabel lama menjadi perokok, level ketergantungan nikotin dan penggunaan bahan berhaya lain. Untuk variabel ketergantungan nikotin dapat diukur dengan skala Fagrestrom (Girma, et al., 2010).

1 komentar:

 
;