Apakah Kamu punya keinginan lebih atas hidup mu? Apakah Kamu pernah berpikir tentang bagaimana merokok mungkin akan menghambat? Cakrawala kita menjadi terbatas oleh kecanduan dan konsekuensi fisik serta sosial dari kecanduan itu.
Jika kita menemukan diri kita tidak mampu untuk berhenti merokok tidak peduli berapa kali kita sudah mencoba, mungkin kita secara tidak sadar mencari semacam jaring pengaman sesat atau cara untuk menghindari kekecewaan. Logika semacam ini mengatakan, "Jika aku tidak benar-benar mencoba, aku tidak perlu menyebutnya kegagalan."
Apakah Kamu terobsesi tentang merokok, terutama ketika Kamu dalam kondisi tidak dapat merokok? Apakah Kamu merasa kesal dengan orang lain jika mereka menghalangi mu untuk merokok? Apakah Kamu merokok untuk mengontrol berat badan mu? Apakah Kamu kadang-kadang memutuskan untuk merokok karena kesal atas suatu kegagalan? Apakah Kamu merasa depresi atau bahkan gila atas ketidakmampuan mu untuk berhenti?
Jika Kamu mengatakan "ya" untuk sebagian besar pertanyaan-pertanyaan ini, maka Kamu tidak sendirian. Ketika tingkat nikotin mu turun, menjadi sulit untuk berkonsentrasi atau bersantai sampai Kamu bisa “mendapatkan isi ulang”, kemudian Kamu merasa tenang dan kembali normal. Tapi kondisi normal Kamu tidak sama seperti kondisi normal orang yang tidak merokok.
Kamu mungkin berpikir rokok mampu menenangkan mu meskipun kenyataan sebenarnya terbalik. Menjadi perokok telah membuat stres mu menjadi lebih akut dibandingkan non-perokok, karena nikotin menyebabkan stres fisik. Tubuh mu berjuang untuk tetap sehat sementara setiap batang rokok yang kamu hisap merong-rong upaya itu.
Kamu mungkin secara sadar atau tidak sadar merokok untuk menghindari perasaan kecewa. Ketika Kamu mencoba berhenti untuk pertama kali, Kamu mungkin secara emosional merasa tenang namun hanya untuk sementara waktu. Hal ini dapat terjadi karena Kamu telah mengaburkan logika dan pikiran mu untuk begitu lama. Kamu mungkin telah memendam amarah dan memasang layar asap untuk menjaga jarak dengan orang lain. Dan, jika Kamu belum sepenuhnya mengalami perasaan itu, Kamu mungkin belum menganal diri mu dengan baik.
Jika, Kamu seperti kebanyakan orang, mulai merokok saat remaja, citra diri kamu mungkin semua terikat dengan merokok. Kamu memiliki gambaran internal diri sendiri, dan mungkin sulit untuk membayangkan gambar yang tanpa rokok.
Kamu tahu bahwa merokok menyakitkan diri, namun Kamu tetap merokok. Ini disayangkan bahwa efek akibat rokok tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama, yang membuat diri Kamu tertipu. Faktanya, ada banyak jalan tetapi hanya perlu satu jalan untuk menyebabkan Kamu mati akibat merokok. Meskipun kita sering mendengar tentang perokok yang hidup sampai usia sembilan puluhan, kenyataannya adalah bahwa kebanyakan orang sangat dirugikan oleh efek dari merokok. Apa yang dipertaruhkan di sini bukan mengenai berapa lama Kamu bisa hidup, tapi kualitas hidup yang Kamu rasakan jika Kamu mampu untuk hidup hingga usia tua.
Kita mengatakan hal-hal seperti "Saya akan berhenti pada hari ulang tahun saya" atau "Saya akan berhenti suatu hari nanti, hanya saja tidak saat ini - hidup saya terlalu sibuk." Tapi Kamu harus bertanya pada diri sendiri mengapa tidak hari ini? Kamu mungkin telah jenis perokok yang tidak akan pernah meninggalkan rumah tanpa rokoknya. Pikirkan tentang bagaimana rasanya jika Kamu tidak bisa pergi ke mana pun tanpa tangki oksigen mu.
Written by Anne Mitchell
Tidak ada komentar:
Posting Komentar