Fakta mengenai Industri dan bisnis Rokok di Indonesia

No Smoking

Senin, 09 April 2012

Perilaku Kognitif Untuk Penghentian Kebiasaan Merokok

Banyak perokok tidak menyadari bahwa nikotin termasuk zat adiktif yang menyebabkan ketergantungan layaknya heroin, kokain dan lain sebgainya. Padahal bahaya konsumsi rokok telah disampaikan dengan sangat jelas pada setiap bungkus rokok. Akan tetapi konsumen rokok tetap saja mengkonsumsi rokok, meski telah mengetahui bahaya penyakit-penyakit maupun gangguan-gangguan yang menanti mereka di suatu saat nanti. 

Bahkan di lingkungan tempat kami seringkali berkumpul dan bersosialisasi, hal-hal mengenai rokok telah menjadi hal yang sensitive untuk disinggung, terutama mengenai berhenti merokok. Para perokok bilang, merokok adalah hak mereka dan kalau sudah saatnya mati, maka matilah, entah itu karena efek rokok atau penyakit lain, entah karena kecelakaan, dan sebagainya. Akan tetapi, para perokok sadar bila mereka telah merasa jenuh, mereka akan berhenti merokok. Tapi, kelemahannya adalah KAPAN itu akan terjadi? Oleh karena itu, tetap butuh suatu modifikasi perilaku untuk mengurangi perilaku tidak efektif, yaitu merokok. Dari satu jurnal yang kami baca, mayoritas perokok yang berhenti merokok, berat badannya meningkat, sehingga selain dibutuhkan treatment untuk berhenti merokok, dan juga dibutuhkan treatment untuk menjaga berat badan. 

Teknik yang digunakan untuk berhenti merokok adalah cognitive behavior, dengan membentuk suatu group therapy cognitive behavior. Terapi ini terdiri dari beberapa sesi, yang terdiri dari alasan merokok, ketergantungan fisik pada nikotin, dan efikasi diri untuk berhenti merokok. Mereka mengontrol sendiri perilaku merokok mereka sendiri dengan mengidentifikasi pemicu merokok, mengembangkan kontrak perilaku yang telah dibuat dan mempraktikkan stimulus control dan coping strategy untuk mengatur pencabutan simtom-simtom dan “kerinduan” akan rokok. Sesi selanjutnya adalah pencegahan untuk kembali merokok, atau bila berhenti merokok tidak tercapai, maka dibuat tahapan dari awal lagi. Untuk mendukung program group therapy ini, disediakan konseling via telepon dan 24 jam layanan pager, bila ada suatu keadaan darurat yang membutuhkan bantuan pemimpin group dalam mengatasi godaan merokok.

Beberapa orang menyadari bahwa penghentian merokok, berefek samping pada kenaikan berat badan. Dan dari jurnal tersebut juga ditemukan dua cara untuk mnegatasi hal tersebut, yaitu early diet (ED) dan late diet (LD). Early diet adalah pengaturan pola makan yang dilakukan sebelum penghentian rokok, sedangkan late diet adalah pengaturan pola makan yang dilakukan setelah penghentian rokok. Sampai saat ini, intervensi yang paling sukses adalah late diet (LD) treatment.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;