Sebuah konfrensi yang membahas tentang tembakau telah diadakan di Uruguay. Konferensi ini dihadiri oleh 170 negara yang tergabung dalam organisasi PBB. Hasilnya, mereka memberikan rekomendasi bahwa zat aditif yang digunakan untuk membuat rokok hendaknya harus dibatasi atau bahkan dilarang.
Selain itu, mereka juga menekankan kepada para produsen rokok agar mencantumkan bahan apa saja yang digunakan dalam produk mereka. Panduan ini dibuat dalam rangka mewakili kondisi semakin merosotnya kesehatan masyarakat dunia yang diakibatkan oleh industri rokok. Organisasi kesehatan Dunia (WHO) menegaskan besarnya resiko kematian yang disebabkan oleh penggunaan tembakau. Mereka mengungkapkan bahwa tembakau lebih banyak memakan korban nyawa dibandingkan penyakit Aids, narkoba, kecelakaan, dan bahkan pembunuhan.
Mereka memperkirakan bahwa 6 milyar orang lebih yang hidup saat ini, setengahnya akan meninggal karena tembakau. Juru bicara untuk WHO yang menggagas konfrensi ini, Tarik Jasarevic, mengungkapkan kepada BBC bahwa pengusaha industri rokok bereaksi keras menolak hal ini. Jarasevic kemudian menyarankn kepada seluruh delegasi agar membuat peraturan yang lebih ketat kepada Industri untuk melindungi generasi muda mereka.
"Para delegasi merasa bahwa dalam sudut pandang kesehatan publik, tidak ada pembenaran untuk menggunakan bahan tambahan yang dapat meningkatkan rasa ketergantungan kepada produk tembakau yang tentunya dapat meningkatkan jumlah perokok baru, khususnya kepada para remaja." Jelasnya. Panduan ini nantinya dapat digunakan oleh pemerintah dari setiap delegasi untuk memberlakukan peraturan ataupun perundang-undangan tentang pembatasan tersebut. Namun, Jasarevis tidak membatasi kapan mereka harus menjalankan panduan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar